Menurut Al-Maraghi, pemberian peringatan dalam surat Asy-Syu'ara': 214 di atas, sifatnya adalah pemberian peringatan secara khusus, dan ini merupakan bagian dari peringatan yang bersifat umum, yang untuk itulah Rasulullah s.a.w. diutus. Lalu dua ayat selanjutnya -ayat 215 dan 216- menerangkan tentang perintah agar rasulullah s.a.w
Surat asy syura ayat 214-216 menjelaskan tentang " 214. [2]Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu Muhammad yang terdekat[3], 215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu[4]. 216. Kemudian jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah Muhammad, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan[5]. Adapun isi kandangun yang menjelaskan tentang tafsir, bacaan latin, dan terjemahannya artinya. Surat Asy Syura Ayat 214-216 Surat Asy Syura Ayat 214-216 فَلا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ ٢١٣ وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ ٢١٤ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ٢١٥ فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ ٢١٦وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ ٢١٧ Bacaan Latin 214. wa-andzir asyiirataka al-aqrabiina 215. waikhfidh janaahaka limani ittaba’aka mina almu/miniina 216. fa-in ashawka faqul innii barii-un mimmaa ta’maluuna Terjemahan artinya 214. [2]Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu Muhammad yang terdekat[3], 215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu[4]. 216. Kemudian jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah Muhammad, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan[5]. Adapun isi kandangun yang menjelaskan tentang tafsir, bacaan latin, dan terjemahannya artinya. Penjelasan [1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang Rasul-Nya dan termasuk pula umatnya dari menyembah selain Allah, dan bahwa yang demikian dapat menyebabkan seseorang terkena azab yang kekal, karena hal itu adalah perbuatan syirk, di mana Allah mengharamkan pelakunya masuk surga dan akan menempatkannya di neraka. Larangan terhadap sesuatu berarti perintah terhadap kebalikannya, larangan terhadap syirk berarti perintah mentauhidkan-Nya. [2] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Nabi-Nya mengerjakan sesuatu yang dapat menyempurnakan dirinya, maka Dia memerintahkan untuk menyempurnakan orang lain. [3] Yaitu Bani Hasyim dan Bani Muththalib, di mana mereka adalah orang-orang yang paling dekat dengan Beliau dan paling berhak mendapatkan ihsan baik dari sisi agama maupun dunia. Hal ini tidaklah menafikan untuk memberikan peringatan kepada semua manusia, seperti halnya ketika seseorang diperintahkan untuk berbuat ihsan kepada semua manusia, lalu diperintahkan pula kepadanya untuk berbuat ihsan kepada kerabatnya, maka yang ini adalah lebih khusus yang menunjukkan penekanan dan memiliki hak lebih. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan perintah itu, Beliau berdakwah baik kepada masyarakat umum maupun kepada kerabat-kerabat-kerabat Beliau, mengingatkan dan menasehati mereka tanpa kenal lelah, dan bahwa tidak ada seorang pun di antara mereka yang dapat selamat dari azab Allah kecuali dengan beriman kepada-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga memerintahkan agar Beliau berendah diri kepada hamba-hamba Allah yang beriman, dan barang siapa yang mendurhakai Beliau siapa pun orangnya, maka hendaklah Beliau berlepas diri dari perbuatannya, dan dengan tetap menasehati mereka serta berusaha mengajak mereka kembali dan bertobat. Sikap berlepas diri dari perbuatannya adalah untuk menolak anggapan bahwa perintah merendahkan diri kepada orang-orang mukmin, menghendaki seseorang untuk bersikap ridha terhadap segala yang muncul dari mereka selama mereka mukmin, bahkan tidak demikian. Hal itu, karena dalam masalah wala’ setia dan bara’ berlepas diri ada tiga golongan 1. Orang-orang yang diberikan wala’ murni tanpa dimusuhi sama sekali. Mereka adalah kaum mukmin yang bersih dari kalangan para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shalih. Terdepannya adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian istri-istrinya ummahaatul mukminin, ahli baitnya yang baik dan para sahabatnya yang mulia. Kemudian dari kalangan para tabi’in dan orang-orang yang hidup pada abad-abad yang utama, generasi pertama ummat ini dan para imamnya seperti imam yang empat Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad. 2. Orang-orang yang diberi baraa’ murni tanpa ada rasa cinta. Mereka adalah kaum kafir baik dari kalangan, orang-orang musyrik, orang-orang munafik, orang-orang murtad dan orang-orang atheis dan lainnya dengan berbagai macamnya. 3. Orang-orang yang diberi wala' dari satu sisi dan diberi bara' dari sisi lain Yakni wala’ dan bara’ berkumpul padanya, mereka adalah kaum mukminin yang berbuat maksiat. Mencintai mereka, karena mereka masih memiliki iman, dan membenci mereka karena maksiatnya yang tingkatannya di bawah kufur dan syirk. Membenci mukmin yang berbuat maksiat tidaklah sama dengan membenci orang kafir dan memusuhinya, dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Umar bin Al Khaththab أَنَّ رَجُلًا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ كَانَ اسْمُهُ عَبْدَاللَّهِ وَكَانَ يُلَقَّبُ حِمَارًا وَكَانَ يُضْحِكُ رَسُولَ اللَّهِ وَكَانَ النَّبِيُّ قَدْ جَلَدَهُ فِي الشَّرَابِ فَأُتِيَ بِهِ يَوْمًا فَأَمَرَ بِهِ فَجُلِدَ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ اللَّهُمَّ الْعَنْهُ مَا أَكْثَرَ مَا يُؤْتَى بِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ لَا تَلْعَنُوهُ فَوَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ إِنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ “Ada seseorang di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang bernama Abdullah, ia digelari “keledai”, ia sering membuat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menderanya karena ia meminum khamr, suatu ketika ia dihadapkan lagi karena meminum khamr, lalu Beliau memerintahkan mendera lagi, lalu didera lagi. Kemudian salah seorang yang hadir ada yang mengatakan, “Ya Allah, laknatlah dia, banyak sekali ia melakukannya.” Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda “Janganlah melaknatnya, demi Allah, apa kamu tidak tahu bahwa ia cinta kepada Allah dan Rasul-Nya” Rasa cinta kepada mereka mengharuskan kita menasehati mereka dan mengingkari mereka. Oleh karena itu, tidak boleh diam terhadap maksiat mereka, bahkan tetap diingkari, dinasehati dan diaak bertobat, disuruhnya mengerjakan yang ma’ruf dan dicegahnya dari yang mungkar, ditegakkan hukuman sampai mereka mau berhenti dan bertobat dari maksiatnya. Akan tetapi, kita tidak membenci mereka dengan kebencian murni seperti halnya orang-orang khawaarij. [4] Yakni dengan tidak sombong kepada mereka, bersikap lembut kepada mereka, bertutur kata yang halus kepada mereka, mencintai mereka, berakhlak mulia dan berbuat ihsan kepada mereka. Inilah akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam; akhlak yang paling mulia yang dengannya tercapai berbagai maslahat. Oleh karena itu, pantaskah bagi seorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mengaku mengikuti Beliau dan meneladaninya tetapi malah menjadi beban kaum muslimin, berakhlak buruk, keras wataknya, hatinya keras dan mulutnya kasar, saat melihat mereka berbuat salah atau kurang adab langsung dijauhi, dibenci dan dimusuhi, tanpa dinasehati dengan cara yang baik dan diajak kembali. Padahal bersikap seperti itu menimbulkan berbagai macam bahaya dan menghilang beberapa maslahat. [5] Yaitu kemaksiatan yang kamu lakukan. Tafsir Tafsir Jalalayn 214. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat mereka adalah Bani Hasyim dan Bani Mutalib, lalu Nabi saw. memberikan peringatan kepada mereka secara terang-terangan; demikianlah menurut keterangan hadis yang telah dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. 215. Dan rendahkanlah dirimu berlaku lemah lembutlah kamu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. 216. Jika mereka mendurhakaimu yakni kerabat-kerabat terdekatmu itu maka katakanlah kepada mereka; "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan" tentang penyembahan kalian kepada selain Allah itu.
Al-Qur'an Surat Asy-Syuara Ayat ke-181 dan Terjemahan Bahasa Indonesia. Asy-Syu'ara' Ayat 181. Arti Muamalah adalah Hubungan Antar Sesama Manusia, Ini Jenis dan Tujuannya. TRENDING. 27 Lokasi Sholat Idul Adha 28 Juni 2023 yang Digelar Muhammadiyah di Jakarta. TRENDING.
وَأَنذِرۡ عَشِيرَتَكَ ٱلۡأَقۡرَبِينَ Wa anzir asheeratakal aqrabeen English Translation Here you can read various translations of verse 214 And warn, [O Muhammad], your closest kindred. Yusuf AliAnd admonish thy nearest kinsmen, Abul Ala Maududiand warn your nearest kinsmen; Muhsin KhanAnd warn your tribe O Muhammad SAW of near kindred. PickthallAnd warn thy tribe of near kindred, Dr. GhaliAnd warn your kinsmen, the nearest kin, Abdel HaleemWarn your nearest kinsfolk Muhammad Junagarhiاپنے قریبی رشتہ والوں کو ڈرا دے Quran 26 Verse 214 Explanation For those looking for commentary to help with the understanding of Surah Ash-Shu’ara ayat 214, we’ve provided two Tafseer works below. The first is the tafseer of Abul Ala Maududi, the second is of Ibn Kathir. Ala-Maududi 26214 and warn your nearest kinsmen;[135] 135. This can have two meanings. 1 Treat those of your relatives with kindness, who have believed in you and followed your teachings practically; as for those who have not accepted your message, you may declare that you are not responsible for what they do. 2 You should treat with kindness every such person, who believes in and obeys you, and you should warn every unbeliever that you take no responsibility for his actions. This verse shows that at that time there were some people among the Quraish and the neighboring Arabs, who had believed in the truth of the Prophet’s peace be upon him message; but they had not as yet started obeying his teachings practically. They were still, as usual, living the same life of unbelief among their people as were the other unbelievers. Allah set apart such believers from those true believers who after belief had adopted total obedience of the Prophet peace be upon him. The Command to treat with kindness was meant only for the latter group. As for those who had turned away from his obedience, and who included both those who believed in the truth of his message and those who rejected it, the Prophet peace be upon him was instructed to disown them, and tell them plainly that they themselves were responsible for their deeds, and that after giving them the warning he was not at all responsible for what they did. Ibn-Kathir The tafsir of Surah Ash-Shura verse 214 by Ibn Kathir is unavailable here. Please refer to Surah Shura ayat 213 which provides the complete commentary from verse 213 through 220. Quick navigation links
Danberilah peringatan, wahai Rasul, kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, agar mereka tidak menyekutukan Allah, dan ajaklah mereka ke jalan yang benar. Keluarga adalah lingkaran pertama yang harus menjadi prioritas dakwah. Mengandalkan unsur kekerabatan tidak bisa menolong dari siksa Allah jika mereka masih tetap berbuat syirik.
Surat Asy-Syu’ara’ 214-216وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ. وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ الشعراء 214-216 Artinya “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka Katakanlah, Sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan” QS. Asy-Syu’ara 214-216 Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk member peringatan kepada kaum kerabantnya yang terdekat dan agar bergaul dengan orang-orang mukmin dengan lemah lembut. Imam Bukhari dan Imam Muslim menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas bahwa ketika Allah menurunkan ayat di atas, Nabi naik ke bukit Shafa lalu berseru, “Wahai orang-orang, sudah pagi.” Lalu orang-orang berkumpul kepadanya, ada yang datang sendiri dan ada yang mengutus utusannya. Kemudian Rasulullah berpidato, “Wahai Bani Abdul Muththalib, wahai Bani Fihr, wahai Bani Lu’ay, apa pendapat kalian jika aku memberitahu kalian bahwa di kaki bukit ini ada seekor kuda yang hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku?” Mereka menjawab, “Ya, kami mempercayai anda.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan azab yang sangat keras.” Abu Lahab berkata, “Celakalah kamu untuk selama-lamanya! Apakah hanya untuk ini kamu memanggil kami?” Maka Allah ta’ala menurunkan surat Al-Lahab, di antaranya sebagai berikut “Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.” Al-Lahab 1 Menurut Al-Maraghi, pemberian peringatan dalam surat Asy-Syu’ara’ 214 di atas, sifatnya adalah pemberian peringatan secara khusus, dan ini merupakan bagian dari peringatan yang bersifat umum, yang untuk itulah Rasulullah diutus. Sebagaimana firman Allah “Dan agar kamu member peringatan kepada penduduk Ummul qura Makkah dan orang-orang yang berada di lingkungannya.” QS. Al-An’am 92 Al-Maraghi juga menambahkan, bahwa kedekatan nasab atau keturunan tidak memberi manfaat sama sekali seandainya jalan keimanan yang ditempuh berbeda. Dalam kisah ayat di atas terdapat dalil pembolehan interaksi antara mukmin dan kafir, serta memberinya petunjuk dan nasehat. Lalu dua ayat selanjutnya -ayat 215 dan 216- menerangkan tentang perintah agar rasulullah bersikap lemah lembut terhadap pengikutnya, karena itulah yang lebih tepat buat Nabi, lebih menarik hati pengikutnya, membuat kecintaan mereka pada Nabi, serta lebih mendatangkan pertolongan dan keikhlasan mereka dalam berjuang bersama Nabi Namun demikian, seandainya kaum keluarga yang diberi peringatan oleh Rasulullah itu mendurhakai Rasul maka hal itu tidak akan mendatangkan kemudharatan sedikitpun pada Rasul. Rasul juga tidak berdosa karena apa yang mereka lakukan. Seolah-olah Allah mengatakan pada Nabi-Nya, Katakanlah kepada mereka, sesungguhnya aku berlepas diri dari kalian dan dari perbuatan kalian menyeru tuhan yang lain bersama Allah ta’ala. Sesungguhnya kalian akan mendapat balasan atas dosa kalian pada hari di mana harta dan anak lelaki tidak berguna, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih dari segala dosa.
Asy-Syura (Musyawarah) 53 ayat. 1. Ha Mim. 2. Ain Sin Qaf. 3. Demikianlah Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana mewahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada orang-orang yang sebelummu. 4. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Jika mereka mendurhakaimu yakni kerabat-kerabat terdekatmu itu maka katakanlah kepada mereka; "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan" tentang penyembahan kalian kepada selain Allah itu. Jika mereka, ternyata, tetap mendurhakai dan tidak mematuhimu, maka bebaskanlah dirimu dari mereka dan dari perbuatan-perbuatan mereka seperti kemusyrikan dan kemaksiatan-kemaksiatan lainnya. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021332 Link sumber Yaitu kemaksiatan yang kamu lakukan.